Tidak cukup
sebenarnya…
Ku
ekspresikan hanya dengan satu kata
Bahkan kalau
harus disimpulkan
Mungkin bisa kutulis
berbulan-bulan
Begitulah…
Ketika
lirik-lirik cinta berulah
Satu bait puisi diatas adalah prolog “Ketika aku
dikenalkan-Nya cinta”, yang sengaja aku menulisnya untuk mewakili sebuah
catatan awal tahun 2007. Ya….. Tahun 2007.
Tahun dimana aku banyak menulis tentang cita-cita, keinginan, dan target-target masa depan. Meski hanya sederhana, tapi aku berani menuliskannya. Dan itu semua karena aku dikelilingi oleh banyak cinta. Tentu yang mengenalkanku pada cinta, adalah yang maha pemilik cinta, Allah Azza wa jalla.
Tahun dimana aku banyak menulis tentang cita-cita, keinginan, dan target-target masa depan. Meski hanya sederhana, tapi aku berani menuliskannya. Dan itu semua karena aku dikelilingi oleh banyak cinta. Tentu yang mengenalkanku pada cinta, adalah yang maha pemilik cinta, Allah Azza wa jalla.
“derrrt derrrt…. Derrrrrtt”, getar hapeku menandakan
ada sms masuk. Kulihat jam dinding, tepat pukul 20:11. “ah, mungkin kawan
lamaku sudah punya jawaban tentang pertanyaan yang aku smskan beberapa menit lalu”
pikirku sambil menekan tombol unlock
di hapeku. Aku tertegun sejenak membaca sms yang ternyata bukan dari kawan
lamaku itu. “Kang, apakah orang seperti saya dan antum ini masih memiliki impian, harapan & cita-cita?? Impian,
harapan & cita-cita yg TIDAK BIASA. Seperti al fatih murad yg mengobsesikan
Konstantin. Atau seperti saladin yg mengobsesikan Al Quds??”, begitu pesan yang
aku terima dari seorang kawan maen di kampus. “deg”….. aku terhenyak, mengingat
kembali masa aku pernah sangat lantang menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
itu. Tidak ada keraguan, dan penuh dengan optimisme. Lengkap sudah rincian step by step yang harus aku kerjakan 10
dan 20 tahun yang akan datang. Waktu itu awal tahun 2007. Dan aku menyebutnya ‘Titik
nol’, awal langkah-langkah terencana yang akan mendekatkanku dengan cita-cita.
Aku melihat kalender, ternyata 28 Januari 2012. Jadi
sudah lebih kurang lima tahun aku melangkah dari titik nol. Apa yang kudapat? Apa
target lima tahunku sudah aku genggam? Tidak kawan, aku belum menggenggam
sepenuhnya. Ada ‘kecelakaan’ yang kemudian membuatku urung membuka kembali
master plan-ku dulu. Dan lucunya, banyak kawan maen di kampus yang mengalami hal
serupa. Termasuk kawanku yang satu ini. Alasanya beragam, dan aku rasa dunia
bisa memakluminya. Meski begitu, malu rasanya pada cita-cita. Karena aku, ia
harus tertunda. Aku hanya bisa melamun, dan enggan untuk membalas sms kawanku
itu. Lebih tepatnya tidak bisa menjawab.
“apa itu karena cinta?”, tanyaku kali ini pada hati
yang kurasa memang pada kondisi tidak lebih banyak cinta, sebagaimana dulu
ketika di titik nol. Ya… mungkin karena memang saat ini aku lagi kekurangan
cinta. “Oke. Langkah pertamaku adalah menghimpun banyak cinta”, perintahku kupekikkan
kepada seluruh indraku. Kuazzamkan kemudian, bulan februari 2012 adalah bulan
menghimpun cinta, sebagaimana latah kaum muda sekarang yang menjadikan bulan
ini bulan merah jambu. banyak beredar ‘cinta’ yang berbumbu… hemh. Tapi ku
tegaskan pada mereka yang februarinya dijadikan bulan cinta, bahwa cintaku
beda. Cintaku bukanlah cinta biasa. Aku akan berguru pada sang empunya cinta,
dan mendapatkan sebanyak mungkin kilatan cita-cita dari tajamnya cinta-Nya.
Dan ikhtiar pertama yang aku tempuh yaitu dengan
membuka kembali pintu-pintu cintaku kepada yang lebih mencintai umatnya
dibanding dirinya sendiri, yaitu Rasul Allah, Muhammad SAW. Yang pada bulan ini
kita memperingati muludan (istilah
orang jawa), hari kelahiran beliau. Tepatnya 9 Rabi’ul Ula (ada yang mengatakan
12 Rabi’ul ula). Melalui kitab sirah nabawiyah-nya syaikh Al mubarakfury, aku
membuka kembali lembaran-lembaran kehidupan sang Alquran berjalan.
Kembali kukatakan
pada sorang kawan
Begitulah…
Ketika
lirik-lirik cinta berulah
Maka…
Aku
mencintaimu karena-Nya
Matur suwun kang!!!
Surabaya, 9 Rabi’ul Ula 1433 H
2 komentar:
Ngomongin soal cinta memang nggak akan ada habisnya. Apapun cinta itu. Yang pasti semua cinta harus berlandaskan kepada Sang Maha Cinta, Allah.
www.catatansikecil.blogdetik.com
Selayaknya memang demikian. maka aku setuju padamu,,, kawan!!!
Posting Komentar